8 Faktor yang Harus Diketahui Dalam Mempelajari Laju Guguran Serasah
Pekanbaru – bmcmangrove.blogspot. Biru Lautku! Dari berbagai penelitian mengenai gugur serasah nampaknya terdapat perbedaan mengenai hasil yang diperoleh di masing-masing tempat. Perbedaan ini disebabkan faktor-faktor yang mempengaruhi gugur serasah di setiap tempat tidaklah sama. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi gugur serasah adalah sebagai berikut:
- Iklim
Menurut Cracc (1964) pengaruh utama iklim mengenai serasah yang jatuh dapat diketahui dari beberapa data yang berdasarkan mintakat iklim. Sebagai contoh hutan Erectic Alpine, di daerah Kutub Utara memproduksi serasah sebanyak 1 ton per hektar per tahun, hutan di daerah dingin 3,5 ton pertahun dan daerah sedang atau subtropis sebanyak 5,5 ton per tahun. Sedangkan hutan di daerah khatulistiwa atau tropis dapat menghasilkan serasah sebanyak 11 ton per hektar per tahun. Dari contoh tersebut dapat diambil perbandingan bahwa serasah yang didapatkan di Pegunungan Alpine : daerah dingin : daerah sedang : daerah tropis adalah 1 : 3 : 5 : 10. Dari perbandingan ini dapat dikatakan bahwa semakin ke arah ekuator semakin banyak produksi serasah yang dihasilkan.
- Ketinggian tempat
Menurut Erbermayers (dalam Cracc 1964), produksi serasah yang terbanyak didapat dari hutan mangrove yang terletak pada ketinggian 650 m-850 m di atas permukaan laut. Pada ketinggian ini kondisi temperatur dan curah hujan adalah optimal untuk pertumbuhan hutan. Tempat yang lebih rendah, curah hujannya sering tidak cukup, sedangkan tempat yang lebih tinggi umumnya mempunyai temperatur udara terlalu rendah dan kecepatan anginnya kencang. Dengan demikian keadaan ini kurang menguntungkan bagi kehidupan pohon.
- Kesuburan tanah
Tanah merupakan habitat yang sangat mempengaruhi keadaan pertumbuhan jenis tanaman. Pada umumnya produksi serasah akan berkurang dengan menurunnya kesuburan lahan (Cracc 1964).
- Kelembaban tanah
Pada umumnya produksi serasah akan berkurang dari kondisi lahan yang lembab ke kondisi lahan kering.
- Kerapatan pohon dan bidang dasar
Dalam penelitian mengenai hubungan kerapatan pohon dan produksi serasah, Moller (dalam Cracc 1964) mengadakan pengamatan pada jenis Fagus sp., namun memperoleh hasil yang tidak nyata atau kecil pengaruhnya terhadap produksi serasah. Crosby (dalam Cracc 1964) mengadakan percobaan mengenai hubungan antara gugur serasah dan luas bidang dasar, pada tanaman percobaan jenis Pinus echinata. Hasil pengamatannya menunjukkan bahwa pertambahan luas bidang dasar sebanyak tiga kali lipat hanya menghasilkan pertambahan gugur serasah sebanyak dua kali lipat per tahun. Selain itu Moller (dalam Cracc 1964), juga mengadakan pengamatan mengenai ketipisan tajuk dari jenis Fagus sp. hasil pengamatan menunjukkan bahwa pohon yang mempunyai tajuk lebat dapat memproduksi serasah sebanyak 2 ton per hektar per tahun, pohon yang bertajuk agak tebal memproduksi serasah 1,9 ton per hektar per tahun, sedangkan pohon yang bertajuk tipis hanya dapat berproduksi sebanyak 1,7 ton per hektar per tahun. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tipis tajuk pohon maka produksi serasah semakin sedikit.
- Pengaruh waktu (musim)
Musim sangat berpengaruh terhadap banyaknya gugur serasah dari jenis tumbuhan tertentu, tetapi mungkin kurang begitu berpengaruh terhadap jenis lainnya. Untuk hutan di daerah tropis atau khatulistiwa seperti Malaya, Colombia dan Ghana, jumlah serasah yang gugur adalah tetap sepanjang tahun pertama (Nye dalam Cracc 1964). Selain itu dilaporkan bahwa gugur serasah yang minimum didapatkan pada musim hujan dan maksimum di musim kering.
- Variasi tahunan
Produksi serasah yang jatuh dari tahun ke tahun berbeda, tetapi hal ini tidak berlaku untuk semua jenis tanaman dan semua daerah.
- Umur tegakan
Moller (dalam Cracc 1964) mengadakan pengamatan terhadap 3 kelompok umur hutan yaitu 31 tahun-60 tahun, 61 tahun-119 tahun dan hutan tua 120 tahun-200 tahun. Masing-masing kelompok itu menghasilkan serasah sebesar 2,8 ton per hektar per tahun, 2,7 ton per hektar per tahun dan 2,5 ton per hektar per tahun. Pengamatan lain menunjukkan bahwa pada umur 20 tahun Pinus sp. menghasilkan serasah sebesar 2,5 ton per hektar per tahun, sedang pada umur 100 tahun hanya menghasilkan 1,3 ton per hektar per tahun. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa umur tegakan akan berpengaruh terhadap produksi serasah.
Hijau Pesisirku!
Sumber : Aliran Energi pada Ekosistem Mangrove Oleh Soeroyo
Posting Komentar