Belukap Mangrove Club IK UR

Wow, Kulit Kayu Mangrove Dapat Mengawetkan Telur!

Pekanbaru – bmcmangrove.blogspot. Biru Lautku! Telur akan mengalami penurunan kualitas sejak 5-7 hari dari saat peneluran. Untuk mengantisipasinya, diperlukan suatu teknologi pengawetan yang mudah dan murah.
Telur merupakan bahan makanan yang cukup populer karena harganya yang relatif murah bila dibandingkan dengan harga daging, sehingga memungkinkan telur dapat dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat. Telur juga merupakan bahan makanan yang paling praktis digunakan karena tidak memerlukan pengolahan yang rumit.
Kegunaan telur secara umum adalah untuk lauk-pauk. Disamping itu telur juga digunakan untuk riset, bahan industri kimia, bahan industri biologi, bahan industri pangan seperti dalam pembuatan bakeri, mie, ice cream, makanan ternak, industri kulit, cat dan pupuk.
Dilihat dari sisi lain, menurut Achmad Tohardie (1993), telur merupakan bahan makanan yang potensial karena banyak memegang peranan dalam membantu mencukupi kebutuhan akan gizi masyarakat terutama kebutuhan akan protein hewani. Telur juga dapat digunakan untuk memenuhi target konsumsi protein hewani nasional secara mudah, murah dan cepat dengan cara meningkatkan produksi dan konsumsi telur.
Meskipun telur merupakan produk hasil ternak yang bernilai gizi tinggi, tetapi telur juga mempunyai sifat-sifat yang kurang menguntungkan. Sifat-sifat tersebut antara lain : mudah mengalami penurunan kualitas yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti kelembaban, temperatur, ventilasi dan kualitas awal telur itu sendiri kulit telur yang mudah pecah, retak dan tidak dapat menahan tekanan mekanis yang terlalu besar.
Dengan demikian, telur tidak dapat diperlakukan secara kasar pada suatu wadah. Selain itu, ukuran telur yang tidak sama besar dan bentuk elipnya memberikan masalah dalam penanganan telur secara mekanis dalam suatu sistem yang kontinyu.
Menurut data statistik Dirjen Bina Produksi Peternakan, produksi telur pada tahun 2003 mencapai 1,06 juta ton. Sedang kerusakan telur yang terjadi di Indonesia setelah panen mencapai sekitar 15-20%. Hal ini antara lain disebabkan oleh terbatasnya perlakuan teknologi, rantai pemasaran yang terlalu panjang serta keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan. Telur akan mengalami penurunan kualitas sejak 5-7 hari dari saat peneluran, yang ditandai dengan isi telur yang kopyor (kocak), atau bila dipecah isinya sudah tidak menggumpal lagi seperti telur segar (fresh egg).
Penurunan kualitas telur tersebut disebabkan oleh adanya kontaminasi mikrobia dari luar yang masuk melalui pori-pori kerabang telur dan kemudian merusak isi telur. Selain itu juga disebabkan oleh menguapnya air dan gas-gas seperti karbondioksida (CO2), amonia (NH3), nitrogen (N2) dan nitogen sulfida (H2S) dari dalam telur.
Untuk mengantisipasi penurunan kualitas telur pasca panen tersebut perlu suatu teknologi pengawetan. Prinsip dari pengawetan khususnya telur ayam konsumsi adalah mencegah masuknya mikrobia ke dalam telur, dan mencegah penguapan air dan gas-gas dari dalam telur yang melewati pori-pori kerabang telur yang berjumlah 7.000 sampai 17.000 dengan variasi ukuran 13 mikron pada ujung yang tumpul, dan 6 mikron pada ujung yang runcing.
Salah satu alternatif dalam teknologi pengawetan telur ayam konsumsi yang mudah dan murah adalah dengan menggunakan kulit kayu bakau. Bahan yang dimanfaatkan untuk pengawetan telur dari kulit kayu bakau tersebut adalah zat tannin.
Tannin berfungsi sebagai penutup/penyumbat lubang pada pori-pori kerabang telur sehingga tidak terjadi penguapan. Selain itu, karena rasa dari tannin adalah pahit, menyebabkan beberapa mikrobia tidak mampu menerobos lapisan tannin tersebut.
Zat tannin bukan hanya dapat diperoleh dari kulit kayu bakau tetapi dapat diperoleh dari semua tumbuh-tumbuhan berpembuluh, Angiospermae dan terdapat khusus dalam jaringan kayu. Tannin banyak terdapat pada kulit kayu, kacang-kacangan, daun, akar dan biji pada bagian-bagian tumbuhan.
Dari hasil analisis dengan metode colorimetric, konsentrasi tannin dalam kulit kayu bakau mencapai 5,416% dan konsentrasi tannin pada air rebusannya mencapai 2,824% dengan kepekaan larutan 5 voise. Cara kerja pengawetan telur dengan kulit bakau ini adalah sebagai berikut :
  1. Untuk memperoleh zat tannin dari kulit bakau tersebut adalah dengan merebus kulit kayu bakau yang sudah dipotong-potong dengan ukuran ± 5 cm ke dalam air mendidih selama 3 jam dengan perbandingan 1: 1 (1 bagian bahan kulit kayu bakau sama banyaknya dengan 1 bagian air). Setelah direbus kemudian airnya disaring dan didinginkan, lalu ditempatkan dalam suatu wadah/tempat.
  2. Telur yang akan diawetkan, sebelumnya dicuci terlebih dulu dengan air hangat guna mempermudah pelepasan kotoran yang menempel di kerabang telur. Setelah bersih telur dikeringkan kembali (dilap).
  3. Selanjutnya telur tersebut dimasukan ke dalam cairan rebusan kulit kayu bakau pada wadah yang telah didinginkan dan telur didiamkan dalam wadah tersebut selama 20 jam.
  4. Untuk menjaga keamanan permukaan, wadah tersebut ditutup dengan plastik. Dari berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan, pengawetan telur ayam konsumsi dengan menggunakan bahan baku kulit kayu bakau, mampu mempertahankan kualitas telur sampai 2 bulan. Selamat mencoba !
Hijau Pesisirku!
Sumber www.poultryindonesia.com
0 Responses

Posting Komentar