Belukap Mangrove Club IK UR
5 Spesies Mangrove yang Langka Secara Global
Pekanbaru – bmcmangrove.blogspot. Biru Lautku! Di dunia, jumlah spesies mangrove sejati (komponen utama dan tambahan) ditemukan sekitar 70 spesies. Sebanyak 40 spesies terdapat di Asia Tenggara, 15 spesies di Afrika dan 10 spesies di Amerika. Di Indonesia terdapat 15 famili, 18 genera, 41 spesies mangrove sejati dan 116 spesies mangrove asosiasi. Di Indonesia tercatat 43 spesies mangrove sejati dari sejumlah 60 spesies mangrove sejati di dunia, hal ini tentunya menunjukkan tingginya keragaman jenis mangrove yang ada di Indonesia (Rusila Noor, 1999). Dalam hal kelangkaan, di Indonesia terdapat 14 jenis mangrove yang dikategorikan langka yakni 5 spesies umum di Indonesia tetapi langka secara global, sehingga berstatus rentan dan memerlukan perhatian khusus untuk pengelolaannya. Adapun jenis yang langka tersebut adalah :
1. Ceriops decandra
Deskripsi : Pohon atau semak kecil dengan ketinggian hingga 15 m. Kulit kayu berwarna coklat, jarang berwarna abu-abu atau putih kotor, permukaan halus, rapuh dan menggelembung di bagian pangkal.
Daun : Daun hijau mengkilap. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elipsbulat memanjang. Ujung: membundar. Ukuran: 3-10 x 1-4,5 cm.
Bunga : Bunga mengelompok, menempel dengan gagang yang pendek, tebal dan bertakik. Letak: di ketiak daun. Formasi: kelompok (2-4 bunga per kelompok). Daun mahkota: 5; putih dan kecoklatan jika tua, panjang 2,5-4mm. Kadang berambut halus pada tepinya. Kelopak bunga: 5; warna hijau, ada lentisel dan berbintil. Benang sari: tangkai benang sari pendek, sama atau lebih pendek dari kepala sari.
Buah : Hipokotil berbentuk silinder, ujungnya menggelembung tajam dan berbintil, warna hijau hingga coklat. Leher kotilodon jadi merah tua jika sudah matang/ dewasa. Ukuran: Hipokotil: panjang 15 cm dan diameter 8-12 mm.
Ekologi : Tumbuh tersebar di sepanjang hutan pasang surut, akan tetapi lebih umum pada bagian daratan dari perairan pasang surut dan berbatasan dengan tambak pantai. Menyukai substrat pasir atau lumpur. Perbungaan terjadi sepanjang tahun.
Penyebaran : Dari India hingga Indocina, Malaysia, Bangka, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya, Papua New Guinea, Filipina dan Australia.
Manfaat : Jenis Ceriops memiliki kayu yang paling tahan/kuat diantara jenis-jenis mangrove lainnya dan digunakan sebagai bahan bangunan, bantalan rel kereta api, serta pegangan berbagai perkakas bangunan. Kulit kayu merupakan sumber yang bagus untuk tanin serta bahan pewarna.
Catatan : Bentuk dan ukuran daun sangat beragam bergantung kepada kadar cahaya dan air dimana suatu individu tumbuh.
2. Scyiphiphora hydrophyllaceae
Deskripsi : Semak tegak, selalu hijau, seringkali memiliki banyak cabang, ketinggian mencapai 3 m. Kulit kayu kasar berwarna coklat, cabang muda memiliki resin, kadang-kadang terdapat akar tunjang pada individu yang besar.
Daun : Daun berkulit dan mengkilap. Pinak daun berkelenjar, terletak pada pangkal gagang daun membentuk tutup berambut. Gagang daun lurus panjangnya hingga 13 mm. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: bulat telur terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: 4-9 x 2-5 cm.
Bunga : Warna putih, hampir tak bertangkai, biseksual, terdapat pada tandan yang panjangnya hingga 15 mm. Letak: di ketiak daun. Formasi: kelompok (3-7 bunga per kelompok). Daun mahkota: 4-5; putih-agak merah, elips, 2-4 x 2- 2,5 mm, mulut berambut kasar. Kelopak bunga: 4-5; berbentuk mangkok, bawahnya seperti tabung (panjang 5mm). Benang sari: 4-5.
Buah : Silindris, berwarna hijau hingga coklat, berurat memanjang dan memiliki sisa daun kelopak bunga. Tidak membuka ketika matang. Terdapat 4 biji silindris. Ukuran: buah: panjang 8 mm, biji: 1 x 2 mm.
Ekologi : Tumbuh pada substrat lumpur, pasir dan karang pada tepi daratan mangrove atau pada pematang dan dekat jalur air. Nampaknya tidak toleran terhadap penggenangan air tawar dalam waktu yang lama dan biasanya menempati lokasi yang kerap tergenang oleh pasang surut. Dilaporkan tumbuh pada lokasi yang tidak cocok untuk dikolonisasi oleh jenis tumbuhan mangrove lainnya. Perbungaan terdapat sepanjang tahun, kemungkinan diserbuki sendiri atau oleh serangga. Nektar diproduksi oleh cakram kelenjar pada pangkal mahkota bunga. Banyak buah yang dihasilkan, akan tetapi pembiakan biji relatif rendah. Buah teradaptasi dengan baik untuk penyebaran oleh air karena kulit buahnya yang ringan dan mengapung.
Penyebaran : India, Sri Lanka, Malaysia, seluruh Indonesia, Papua New Guinea, Filipina, Kepulauan Solomon dan Australia Tropis.
Manfaat : Kayu kemungkinan dapat digunakan untuk peralatan makan, seperti sendok. Daun dapat digunakan untuk mengatasi sakit perut.
Catatan : Sangat menyerupai Lumnitzera, tetapi daun Lumnitzera letaknya bersilangan.
3. Quassia indica
Deskripsi : Pohon hingga 21 m.
Daun : Letak daun sederhana.
Bunga : Berdiameter 47 mm, berwarna kuning-merah, kepala bunga kecil.
Buah : Panjangnya  65 mm dan berwarna merah-ungu.
Ekologi : Pesisir dan rawa hutan sampai ketinggian 200 m. Dengan tanah berpasir, tetapi juga ditemukan pada batu gamping.
Manfaat : Kayu digunakan untuk gagang parang. Akar dan buahnya untuk mengobati sakit perut. Tanaman ini juga menghasilkan insektisida organik. Benih digunakan sebagai obat rematik.
Penyebaran : Madagaskar, India, Sri Lanka, Burma, Indo-Cina, Thailand, Semenanjung Malaysia, New Guinea dan Kepulauan Solomon (tidak di temukan di Pulau Jawa dan Kepulauan Sunda Kecil), sedangkan di Kalimantan ditemukan di seluruh wilayahnya.
4. Sonneratia ovata
Deskripsi : Pohon berukuran kecil atau sedang, biasanya hingga 5 m, kadang-kadang mencapai 20 m, dengan cabang muda berbentuk segi empat serta akar nafas vertikal.
Daun : Gagang/tangkai daun panjangnya 2-15 mm. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: bulat telur. Ujung: membundar. Ukuran: 4-10 x 3-9 cm.
Bunga : Gagang/tangkai bunga lurus, panjang 1-2 cm, atau kadang-kadang tidak ada. Pucuk bunga berbentuk bulat telur lebar dan ditutupi oleh tonjolan kecil. Letak: di ujung. Formasi: soliter-kelompok (ada 1-3 bunga per kelompok). Daun mahkota: tidak ada. Kelopak bunga: bagian dalam merah. Panjangnya 2,5 - 4,5 cm. Tabung seperti mangkok, muncul dari gagang yang pendek. Benang sari: banyak, warnanya putih dan mudah rontok.
Buah : Seperti bola, ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga. Ukuran hampir sama dengan S.alba. Ukuran: buah: diameter 3-5 cm.
Ekologi : Tumbuh di tepi daratan hutan mangrove yang airnya kurang asin, tanah berlumpur dan di sepanjang sungai kecil yang terkena pasang surut. Tidak pernah tumbuh pada substrat karang. Perbungaan terjadi sepanjang tahun.
Penyebaran : Di Thailand, Malaysia, Kepulauan Riau, Sumatra, Jawa, Sulawesi, Maluku, Sungai Sebangau/Kalimantan Tengah, dan Papua New Guinea.
Manfaat : Kayu bakar. Buah muda dapat dimakan sebagai rujakan.
5. Rhododendron brookeanum
Pertama kali ditemukan dan dijelaskan pada tahun 1848 oleh penjelajah Inggris Sir Hugh Low yang mendaki di Kinabalu, Sabah. Rhododendron brookeanum adalah nama yang diambil dari nama Sir James Brooke (Raja dari Sarawak pada waktu itu). Daun elips, atau sempit elips, hingga 25 cm panjangnya dan 8 cm lbarnya. Pelepah sedikit membesar di bagian bawah daun.
Tumbuh hingga ketinggian 4 meter, Rhododendron brookeanum adalah mayoritas spesies epifit, terutama pada ketinggian yang lebih rendah dan dapat ditemukan dari permukaan laut sampai 1525 m di Sabah dan Sarawak serta ditemukan juga di Kalimantan.
Hijau Pesisirku!

0 Responses

Posting Komentar