Belukap Mangrove Club IK UR

Kepiting, Suku Portunidae Penghuni Hutan Mangrove

Pekanbaru–bmcmangrove.blogspot. Biru Lautku! Menurut Nybakken (1988), hutan-hutan bakau ditempati oleh sejumlah kepiting berukuran besar (kepiting bakau/Scylla spp) dan udang. Sebagian yang lain diantaranya membuat lubang di atas substrat yang lunak dan termasuk genera umum yaitu kepiting kecil seperti Uca, kepiting laga (fiddler crab), Cardisoma, kepiting darat tropika, dan berbagai kepiting hantu (Dotilla, Cleistostoma).
Kepiting-kepiting ini biasanya khusus memakan partikel detritus yang ditemukan di dalam lumpur, umumnya mereka memisahkan detritus dari benda anorganik dengan menyaring substrat melalui sekumpulan rambut di sekeliling mulutnya.
Kepiting-kepiting ini lebih memperlihatkan tingkatan adaptasi yang berbeda untuk hidup di daratan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya vaskularisasi dinding ruang insang sehingga lebih terlihat seperti “paru-paru”.
Menurut Nontji (1987) kepiting dan rajungan tergolong dalam satu suku (familia) yakni Portunidae dari seksi Brachyura. Jenis yang paling popular sebagai bahan makanan dan mempunyai harga yang cukup mahal adalah Scylla serrata, kadang-kadang dikenal dengan nama kepiting, kepiting hijau atau kepiting Cina.

Jenis lain yang juga banyak dijumpai dijual di pasar adalah Portunus pelagicus, lazim dikenal dengan nama rajungan. Rajungan ini hidup pada habitat yang beraneka ragam: pantai dengan dasar berpasir, pasir lumpur, dan juga di laut.

Selain kepiting atau rajungan, masih banyak jenis lainnya dari seksi Brachyura yang mempunyai ciri-ciri bentuk, sifat-sifat hidup dan lingkungan yang berbeda-beda. Di daerah pasang surut dengan hamparan pasir yang luas di daerah-daerah tertentu dapat ditemukan kepiting Myctyris, nama ingrisnya adalah “soldier crab” sedangkan disini sering diberi julukan “tentara Jepang”.
Di pantai dekat Merauke, jika air sedang surut, mereka bisa terlihat bergerak kian kemari di atas pasir, serentak dalam gerombolan besar yang terdiri dari ratusan atau ribuan individu, dengan penuh kewaspadaan. Dengan sedikit saja gangguan, misalnya dengan langkah seseorang yang mendekat, maka tiba-tiba saja mereka akan lenyap seketika secara serentak, memasuki lubang perlindungan. Baru setelah situasi dianggap aman, mereka akan keluar lagi dengan ramai-ramai hilir mudik di atas pasir (Nontji, 1987).
Nontji (1987) menambahkan, lebih dekat ke daratan akan dijumpai kepiting atau ketam yang makin dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang lebih kering. Di lumpur-lumpur lunak di dasar hutan-hutan mangrove yang tidak terlalu rimbun sering ditemukan ketam binatu dari marga Uca. Umumnya berukuran kecil, tetapi biasanya sangat menyolok karena warnanya yang “menyala”, merah, hijau, atau biru metalik, sangat jelas lebih-lebih dengan latar belakang lumpur bakau yang berwarna hitam.
Ciri yang sangat menonjol dari marga Uca adalah pada jantan yang salah satu sapitnya berukuran sangat besar, sama sekali tak seimbang dengan ukuran sapit yang satunya lagi yang kecil sekali.
Lebih ke darat, di atas daerah pasang surut, bisa ditemukan geleteng (Ocypode macrophthalmus) yang sudah lebih menyesuaikan diri dengan kehidupan darat (terrestrial). Hewan ini yang tubuhnya biasa berukuran sekitar 6 cm membuat lubang-lubang yang dalam di pasir (1 m) di sekitar batas atas garis pasang.
Hijau Pesisirku!

Sumber : Kepadatan dan Penyebaran Kepiting Berukuran Kecil Di Ekosistem Hutan Mangrove, Muara Sungai Bengawan Solo Kecamatan Ujung Pangkah, Gresik-Jawa Timur Oleh Muhammad Faozan


0 Responses

Posting Komentar